Universitas Teknokrat Menjalin Kerja Sama Dengan Mitra Kemdikbudrsitek
Universitas Teknokrat Menjalin Kerja Sama Dengan Mitra Kemdikbudrsitek
Universitas Teknokrat Indonesia sudah lakukan perjanjian kerjasama sebagai mitra Kemdikbudristek RI di dalam penyelenggaraan program pertukaran mahasiswa merdeka batch 3 th. 2023. Dengan ini, Universitas Teknokrat Indonesia resmi jadi mitra penyelenggara bersama total peserta terbanyak di Provinsi Lampung yakni bersama total 139 mahasiswa. Ini terdiri dari 55 mahasiswa mancakrida (outbound) dan 84 mahasiswa inbound. Dalam kesibukan ini, Wakil Rektor Universitas Teknokrat Indonesia Dr H Mahathir Muhammad SE MM meneken kesepahaman bersama Kemdikbudristek yang diwakili Kepala Pokja PMM Asri Aldilla Putri, Msi di Auditorim Gedung D Kemdikbudristek, Jakarta.
Mahathir mengucapkan menerima kasih atas bantuan Yayasan Pendidikan Teknokrat, Rektor, PIC PMM Nirwana Hendrastuty dan Tim PMM, para kaprodi serta mahasiswa yang terlibat. “Semoga Universitas Teknokrat Indonesia konsisten terdepan di dalam mengimbuhkan pelayanan pendidikan bermutu,” kata dia. Mahathir menghendaki adanya kemitraan ini makin lama tingkatkan mutu pembelajaran di kampus. Terutama di dalam menyukseskan Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Mahathir menghendaki mahasiswa mendapatkan kemanfaatan sebesar-besarnya dari program ini.
Guru Besar UGM Mengambil Kebijakan Mengimplementasikan Pancasila
Majelis Dewan Guru Besar Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (MDGB PTNBH) menggelar seminar nasional bertajuk “Pancasila di dalam Pengalaman Keilmuan dan Praktek Kehidupan Berbangsa dan Bernegara”, Jumat (16/6) di Balai Senat UGM. Dalam seminar ini, para guru besar menyayangkan bahwa Pancasila yang sering disebut sebagai basic falsafah negara belum jadi sendi basic nilai kehidupan, juga di dalam pengambilan kebijakan di pemerintahan.
“Kami menjadi prihatin bahwa Pancasila tidak mampu jadi pedoman. Sebagai akademisi kami menghendaki ini lebih betul-betul ditangani, bagaimana Pancasila diimplementasikan terutama oleh pengambil kebijakan,” ungkap Ketua MDGB PTNBH, Prof. Harkristuti Hakrisnowo, SH, MA, Ph.D.
Ia tekankan bahwa Pancasila semestinya tidak cuma diajarkan kepada siswa-siswi untuk dihafal. Orang dewasa menurutnya mesti belajar jelas serta manfaatkan Pancasila sebagai landasan di dalam menjalankan tugas-tugasnya. “Kami menjadi itu belum diamalkan dan dijadikan praktek kehidupan berbangsa,” imbuh Harkristuti.
Ketua Majelis Wali Amanat UGM yang juga merupakan Menteri Sekretaris Negara, Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc., mengimbuhkan pidato kunci terhadap seminar kali ini. Ia memaparkan bagaimana Pancasila mampu jadi penyelamat bangsa dan lebih-lebih dunia, di sedang beraneka krisis yang melanda beberapa th. terakhir. Ia pun berharap, pembicaraan tentang Pancasila tidak berhenti terhadap norma-norma.
“Yang jadi tugas kami di perguruan tinggi sebagai group terdidik adalah bagaimana memperkuat Pancasila untuk Indonesia dan dunia, di dalam konteks disrupsi pengetahuan pengetahuan dan teknologi waktu ini,” terang Pratikno.
Selain Pratikno, seminar ini juga menghadirkan sejumlah pembicara lainnya, di antaranya Prof. Dr. Kaelan M.S. yang mengimbuhkan paparan perihal Pancasila, UUD 1945, Ketatanegaraan; Prof. Dr. Lasiyo, MA., MM. bersama paparan perihal Pancasila dan Kewarganegaraan; Prof. Dr. H. Karim Suryadi, S. Pd., M. Si. bersama paparan perihal Pancasila di dalam Pembudayaan dan Komunikasi Politik; serta Prof. Dr. dr. Sutaryo, Sp.A(K). bersama paparan perihal Pancasila di dalam Pelaksanaan Pemerintahan. Diskusi ini dipandu oleh Prof. Dr. Ir. Wiendu Nuryanti, M.Arch., Ph.D., guru besar Fakultas Teknik UGM.
Wakil Rektor UGM Bidang Pendidikan dan Pengajaran, Prof. Dr. Wening Udasmoro, S.S., M.Hum., DEA., mengungkap bahwa UGM menjadi terhormat jadi tuan rumah penyelenggaraan seminar nasional ini, yang cocok bersama identitas UGM sebagai universitas kebangsaan. Sebagaimana rancangan kebangsaan dari negara-negara lain di dunia, Pancasila menurutnya lahir dari sejarah panjang Bangsa Indonesia.
“Kita semua jelas bahwa Pancasila adalah ideologi yang jadi jangkar, jadi titik mula seperti apa rancangan kenegaraan dan kebangsaan itu dibangun supaya kami sampai waktu ini masih jadi bangsa yang kokoh,” kata Wening.
Di sedang dinamisnya pertumbuhan dunia, utamanya pertumbuhan teknologi yang berikan area besar bagi individualisasi, menurutnya penguatan nilai Pancasila jadi terlampau penting. Penekanan Pancasila mesti kuat, dikarenakan negara dan Bangsa Indonesia dibangun bersama suatu perjuangan. Di sisi lain, ia juga tekankan pentingnya kontekstualisasi Pancasila.
“Kita mesti menguatkan ulang Pancasila di generasi masa depan kita. Namun, mesti diingat pula bahwa generasi muda sekarang punya tantangan yang berlainan dari pada mulanya supaya penyampaian Pancasila sebagai pilar kebangsaan mesti ditunaikan bersama menyimak kontekstualisasinya. Tujuannya adalah supaya Pancasila selalu jadi ideologi yang hidup dan selalu terkoneksi bersama generasi muda,” paparnya. Untuk membaca informasi lebih lengkap kalian bisa visit us.